Kesehatan Mental Sebagai Dasar Harapan Anak Indonesia
Sudah menjadi hal yang normal bagi setiap individu untuk memiliki harapan. Terlebih bagi setiap anak yang masih memiliki jalan yang panjang dimasa yang akan datang, hal paling sederhana untuk dijadikan harapan oleh anak-anak ialah mereka mendapatkan hak mereka seperti bermain, belajar, dan bersosialisasi dengan teman-teman mereka. Namun sayangnya, covid-19 yang hadir di tahun 2020 menjadikan harapan mereka terhambat dan tanpa disadari pandemi perlahan-lahan mendewasakan mereka.
Seperti yang sudah kita ketahui, Maret 2020 mejadi titik awal bagi setiap sektor di Indonesia menciptakan platform yang dapat menunjang berjalannya kegiatan mereka. Sektor pendidikan melalui Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 menghendaki agar seluruh peserta didik menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hal ini membuat anak-anak merasa lingkungan sosialnya terputus, dan mereka tidak lagi mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Situasi demikian sangat berpengaruh pada kejiwaan dan kesehatan mental mereka.
Positive Mental Health
Pada dasarnya, Individu yang memiliki positive mental heatlh atau kesehatan mental yang baik, mampu menyesuaikan pribadi-nya dengan berbagai peristiwa yang terjadi didalam hidupnya, serta ia juga dapat menjaga kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya agar tetap stabil. Dikutip dari laman Mentalhealth.gov, kesehatan mental dapat mempengaruhi bagaimana cara suatu individu bertindak, merasa, dan berpikir. Kesehatan mental merupakan sesuatu yang harus dan penting untuk dimiliki oleh semua kalangan usia, baik usia dewasa, remaja hingga anak-anak.
Pentingnya Memahami Kesehatan Mental pada Anak di Masa Pandemi
Data penelitian yang dilakukan oleh Amerika pada tanggal 19 Maret – 21 April 2021 menyatakan bahwa dari 6 faktor penurunan kesehatan anak dimasa pandemi pembelajaran jarak jauh menjadi salah satu faktor dominan. Hal ini disebabkan suasana jauh dari teman dan guru membuat anak cenderung menjadi pasif dan jenuh bahkan sebagian anak kehilangan motivasi belajar. Terkadang karena tugas yang berlebihan menjadikan beberapa anak mengalami tekanan pada kejiwaan mereka, jika hal ini terus dibarkan bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan pola hidup mereka.
Memahami kesehatan mental pada anak artinya perlu memahami juga faktor-faktor apa saja yang dapat membahayakan kesehatan mental (risk factor) dan faktor-faktor apa saja yang dapat melindungi kesehatan mental (protective factor) anak. Oleh karena perlu kita pahami 4 hal ini:
- Mendampingi dan mengajari anak-anak untuk menjadwalkan keseharian mereka selama pandemi, dimana dalam hal ini dilakukan dengan memberi kesempatan mereka untuk menentukan sendiri kapan dan butuh berapa lama waktu yang akan mereka gunakan untuk bermain, belajar, dan kegiatan lainnya.
- Konsultasi kepada guru mengenai kadar pembagian tugas yang diterima anakanak agar tidak terlalu berlebihan dan tidak mengganggu jadwal yang telah dibuat.
- Memberi kesempatan anak untuk bersosialisasi dengan teman-temannya melalu sosial media.
- Menjadikan diri kita sebagai teman mengobrol, agar anak-anak tidak selalu menekan emosinya.
Melalui 4 hal tersebut, mari kita jadikan diri kita sebagai salah satu penopang dasar dalam menciptakan harapan anak-anak dimasa depan, dengan memahami dan menjaga kesehatan mental mereka. Karena Sigmund Freud pernah berkata “Emosi yang tidak terekspresikan tidak akan pernah mati. Mereka dikubur hidup-hidup dan akan tampil nanti dengan cara yang lebih buruk.”. Sehingga mulai sekarang jadikan kesehatan mental sebagai prioritas utama.